Fikri Karim

Kenapa "Follow Your Passion" adalah salah satu nasihat yang paling berbahaya

Ketika lagi nentuin jurusan di SMA atau pas daftar kuliah, kita pasti sering dengar nasihat, "Ikutin aja passion lu dimana." Nasihat tersebut terlihat sangat benar. Tapi disini menurut gua ada kesalahan besar.

Sukses datang dari passion, atau passion datang dari sukses?

Kesalahan besar yang gua dimaksud ini adalah, passion itu datengnya dari sukses, bukan karena punya passion, seseorang jadi sukses.

Misalkan ada dua anak kecil, namanya Joko dan Jake. Joko dari kecil sering diajarin matematika sama orang tuanya. Dari umur 3 tahun Joko udah biasa belajar kalkulus. Dia sering menang lomba cerdas cermat, dari lomba cerdas cermat se-RT pas 17an, sampe lomba cerdas cermat se-tata surya.

Sedangkan si Jake, kebetulan rumahnya Jake sebelahan sama Rristiano Chondaldo, pemain futsal terbaik dunia. Dari kecil, seperti Tsubasa, Jake sering dajarin futsal oleh Chonaldo. Karena langsung dilatih oleh ahlinya, Jake sering menang lomba futsal, dari lomba futsal se-RT pas 17an, sampe lomba futsal se-tata surya.

Kalau sekarang kita bertemu Joko dan Jake dan kita bertanya tentang passion mereka, pastinya Joko akan menjawab passionnya adalah matematika dan Jake akan menjawab passionnya adalah bermain futsal.

Tapi ketika mereka baru saja lahir, apakah Joko akan mengatakan kalo passionnya adalah matematika dan apakah Jake akan mengatakan kalo passionnya adalah bermain futsal? (Ngga lah, mereka belom bisa ngomong.)

Lalu, sejak kapan mereka berdua "punya" passion tersebut?

Kemungkinan besar, mereka punya passion tersebut ketika mereka berdua merasa memiliki kemampuan yang lebih dibanding orang lain. Saat Joko menang lomba cerdas cermat se-RT, dia merasakan hal yang luar biasa. Ketika pak RT menyerahkan piala bergilir RT 05, di panggung itu Joko mendengar tepuk tangan dari semua warga RT 05. Harga diri Joko meningkat sangat drastis.

Keesokan harinya, pikiran Joko masih mengingat masa-masa di panggung kemarin. Dia masih merasakan bagaimana rasanya seperti orang yang paling keren di dunia.

Agar bisa merasakan hal itu lagi, tubuh Joko menyuruh Joko untuk terus belajar matematika. Joko pun menjadi semakin rajin belajar matematika. Karena semakin jago matematika, akhirnya Joko semakin sering memenangi kompetisi-kompetisi matematika. Karena tubuhnya Joko seneng karena sering menang kompetisi, Joko pun semakin tambah rajin untuk belajar matematika. Sampai akhirnya Joko bisa mewakili Planet Bumi untuk mengikuti cerdas cermat se-tata surya.

Itulah yang namanya passion.

Ketika baru mulai belajar matematika, Joko tidak memiliki passion tersebut. Passion Joko baru muncul ketika merasa berhasil di matematika. Begitu juga ceritanya Jake. Pada awalnya Jake bermain bola hanya untuk senang-senang, bukan karena passion. Tapi karena Jake merasa sukses di futsal sejak dia memenangkan lomba futsal RT pas 17an, Jake menjadi mempunyai passion di futsal.

Passion itu perasaan yang dateng dari dalem tubuh biar manusia tetep melakukan hal yang menurut dia paling menguntungkan. Kenapa manusia punya rasa lapar? Karena rasa lapar membuat tubuh manusia tetep hidup dengan memasukkan makanan sebagai energi. Kenapa manusia punya rasa passion? Karena passion membuat manusia mengerjakan hal yang paling membanggakan bagi dia.

Kenapa "Follow your passion" itu bahaya

Lalu, kenapa "Follow your passion" itu berbahaya?

Tidak semua orang punya kesempatan yang sama seperti Joko atau Jake. Mereka dari umur 1 tahun sudah mendapat bimbingan yang super, sehingga di umur 7 tahun mereka sudah mempunyai keunggulan yang lebih. Namun, bagi kebanyak orang lain, di umur 20 tahun pun belum mempunyai keunggulan yang berarti, karena saat kecilnya tidak mendapat bimbingan emas seperti yang didapatkan Joko dan Jake.

Kita tidak boleh menasehati orang, "Ikutin aja passion lu dimana." Karena 99% orang bukan Joko dan Jake. 99% manusia belum punya passion.

Alasan lain kenapa "Follow your passion" itu berbahaya adalah karena ada yang namanya fake passion (ini buatan gua sendiri btw).

Juara kelas itu cuma ada 1. Juara 1 lomba futsal tingkat RT itu cuma ada 1. Pemenang nobel kimia itu cuma ada 1 (setiap tahun (biasanya)).

Tidak semua orang mendapatkan penghargaan yang seharusnya. Mungkin ada anak yang dari kecil udah jago main futsal, tapi karena dia satu RT sama Jake, dia ngga pernah dapet penghargaan yang pantas, karena selalu terbayang-bayang oleh kehebatan Jake. Walaupun anak tersebut lumayan jago main futsal, tapi dia tidak pernah menikmati bermain futsal karena semua pujian yang seharusnya ia dapatkan malah ditujukan hanya kepada Jake.

Kasus begini banyak terjadi di kehidupan nyata. Banyak anak SMA yang suka dengan suatu pelajaran, misalkan fisika atau biologi dan jago di bidang itu. Tapi ketika masuk kuliah, mereka tidak lagi suka pelajaran tersebut, karena menyadari bahwa dibanding teman-teman kuliah mereka yang lain, mereka biasa aja. Akhirnya, "passion" mereka pun hilang dan mereka tidak lagi jago di bidang itu karena tidak pernah belajar lagi.

Semua orang ingin dibilang berhasil. Semua orang ingin mendapat pengakuan bahwa dirinya sukses. Semua orang ingin merasa bahwa dirinya berharga. Semua sifat itu adalah sifat bawaan dari diri manusia.

Jika seorang anak tidak mendapatkan pengakuan di kelas karena tidak juara 1, maka anak tersebut akan mencari pengakuan di tempat lain. Tempat lain ini berbagai macam, musik, futsal, basket, menggambar, dota, nongkrong, atau geng motor.

Bukan bermaksud untuk bilang tempat lain disini adalah hal buruk dan yang baik hanya juara 1 dikelas. Poin yang ingin gua disampaikan adalah, bahwa anak-anak yang ikut geng motor itu karena mereka merasa berharga di geng motor. Mereka disana mencari pengakuan, sama seperti anak yang rajin belajar agar mendapatkan ranking 1 dikelas.

Apa yang terjadi kalau kita nasehatin orang, "ikutin aja passion lu," dan ternyata passionnya dia di geng motor, karena disitu dia merasa diakui?

Trus, nasihat yang bener gimana?

Sekarang kita udah tau, kalo passion itu dateng dari sukses, dan bukan sebaliknya. Jangan berharap pada passion. Passion itu adalah hal fana.

Jangan menunggu "passion" untuk bekerja keras. Bekerja keras lah untuk mendapatkan passion. Tidak semua yang kita suka itu baik, dan tidak semua yang kita tidak suka itu buruk. Belum tentu "passion" yang kita punya sekarang mengarahkan kita ke arah yang lebih baik.

Nasihat yang menurut gua bener adalah:

"Tentuin hal yang menurut lu baik, dan kerja sangat keras biar lu bisa menikmatin hal itu."

EDIT: Sebenernya poin yang saya berusaha gua sampaikan di tulisan ini cuma gini:

Banyak orang yang nunggu passion dateng, baru kerja keras mengerjakan suatu hal. Passion ngga bakal dateng kalo gitu. Menurut gua yang bener itu, kita harus kerja keras dulu, baru nanti pelan pelan passion kita bakal muncul, dan itu akan membuat kita semakin semangat mengerjakan hal itu.